Rabu, 18 November 2009

KAMPUS Q

2 komentar:

  1. Kepemimpinan Sebagai Pola Hubungan Universal
    Apakah kepemimpinan merupakan sesuatu yang memuat nilai-nilai universal?. Dalam hal ini Bass (1997) telah mengkonseptualisasi Universalitas sebagai:

    a. Variform functional universal. Yang terjadi ketika hubungan antara dua variabel selalu ditemukan, tetapi kekuatan hubungan berubah lintas budaya.

    b. Systematic behavioural universal. Dimana merupakan suatu prinsip atau theory yang menjelaskan hubungan causal. Universalitas perilaku sistematis melibatkan teori yang mengklaim apakah (a) suatu penahapan dari perilaku adalah tidak bervariasi antar budaya, atau (b) struktur dan organisasi dari suatu perilaku atau cluster perilaku adalah tetap antar budaya.

    Beberapa penelitian telah mengungkap adanya kerangka berpikir budaya sebagai sesuatu yang universal. Dorfman dkk. (1997) menemukan bukti parsial mengenai universalitas perilaku kepemimpinan dan bukti adanya kontigensi budaya. Sedangkan pada penelitian yang lain oleh Mellahi (2000) menemukan bahwa manajer dari daerah Asia dan Amerika yang telah menerima pendidikan MBA di Inggris yang menekankan pada pengajaran nilai-nilai kepemimpinan pada program-programnya, mempunyai persepsi yang konsisten mengenai nilai kepemimpinan tersebut.

    C. Dimensi-dimensi budaya sosial dan penelitian kepemimpinan

    Salah satu pendekatan untuk studi budaya adalah melalui identifikasi dan pengukuran dimensi budaya, dan beberapa tipologi orientasi nilai sosial budaya atau dimensi budaya pada saat ini telah dikembangkan. Pada bagian ini, akan dijelaskan mengenai beberapa penelitian dari berbagai peneliti mengenai dimensi budaya yang mempunyai pengaruh terhadap konsep kepemimpinan. Pandangan dari Hofstade akan menjadi acuan dalam mendiskusikan konsep budaya antar negara ini. Penelitian Hofstade ini didasarkan atas riset yang telah dilakukannya terhadap manajer dan karyawan IBM di lebih dari 40 negara. Hofstade dapat menyimpulkan terdapat empat dimensi budaya (individualisme-kolektivisme, maskulinitas-feminitas, penghindaran ketidakpastian dan jarak kekuasaan), sedangkan pada penelitiannya dia menambahkan dimensi yang terakhir (orientasi masa depan). Kerangka dimensi-dimensi budaya yang lain juga telah diusulkan oleh beberapa peneliti yang lain semacam Schawrts (1999) dan Trompenaars dkk. (1997).

    Untuk lebih lanjut memahami dimensi budaya dan pengaruhnya terhadap kepemimpinan antar negara. Maka akan diuraikan beberapa hasil penelitian dan bukti-bukti yang mendukung bahwa terdapat nilai yang berbeda antar budaya dimana pemimpin berada.

    BalasHapus
  2. Kampus
    Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
    Langsung ke: navigasi, cari
    *

    Kampus, dari bahasa Latin; campus yang berarti "lapangan luas", "tegal".

    Dalam pengertian modern, kampus berarti, sebuah kompleks atau daerah tertutup yang merupakan kumpulan gedung-gedung universitas atau perguruan tinggi. Bisa pula berarti sebuah cabang daripada universitas sendiri. Misalkan Universitas Indonesia di Jakarta, Indonesia memiliki 'kampus Salemba' dan 'kampus Depok', atau Universitas Bunda Mulia memiliki 'kampus Lodan'.

    Di Inggris dan banyak negara jajahannya seperti Amerika Serikat dan lain-lain, sebuah kampus terdiri dari universitas atau sekolah dengan asrama atau tempat kos atau pondok para mahasiswa. Di sana sebuah gedung sekolah berada di kompleks yang sama dengan gedung penginapan.

    Di Indonesia hal-hal seperti ini kadang-kadang ada pula, terutama di tempat akademi militer.

    BalasHapus